TAZKIRAH : JANGAN LAH MARAH-MARAH


TAZKIRAH : JANGAN LAH MARAH-MARAH

Seorang Syeikh berjalan dengan para muridnya. Mereka melihat ada sebuah keluarga yang sedang bertengkar dan saling berteriak.
Syeikh tersebut berpaling kepada muridnya dan bertanya:
“Mengapa orang saling berteriak jika mereka sedang marah?”
Salah seorang murid menjawab:
“Karena kehilangan sabar sebab itulah mereka berteriak.”
Syeikh tanya lagi untuk menguji murid-muridnya.
“Tetapi , mengapa harus berteriak kepada orang yang berada di sebelahnya?
Bukankah pesan yang ia sampaikan boleh diucapkan dengan perlahan saja?”
Muridnya pun saling memberikan jawapan, namun tidak satu pun jawapan yang mereka sepakati.

Akhirnya Syeikh berkata:
“Bila dua orang sedang marah, ketahuilah hati mereka saling berjauhan. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka mesti berteriak agar perkataannya dapat didengar. Semakin marah, maka akan semakin kuat teriakannya. Karena jarak kedua hati semakin jauh.
Begitu juga sebaliknya, di saat kedua insan saling jatuh cinta.
Mereka tidak saling berteriak antara yang satu dengan yang lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara ke 2 hati sangat dekat. Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi?
Mereka tidak lagi bicara. Mereka hanya berbisik dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Pada akhirnya , mereka bahkan tidak perlu lagi berbisik. Mereka cukup hanya dengan saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah dua insan yang saling mengasihi.”
Syeikh memandang muridnya dan mengingatkan dengan lembut:
“Jika terjadi pertengkaran di antara kalian, jangan biarkan hati kalian berjauhan. Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh. Kerana jika kita biarkan, satu hari jaraknya tidak akan lagi boleh ditempuh!”

Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai.

Hadis Riwayat AhmadAbu Dawudat-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Sahabat Mu’adz bin Anas al-Juhani Radhiyallahu anhu.
Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ish Shaghir

No comments