RAHSIA WALAU UZUR TETAP BERPAHALA

Jika seseorang tidak mampu menghadiri solat berjama’ah padahal sebelumnya dia mampu hadir secara rutin, ingatlah keadaan seperti ini akan dicatat seperti dia melakukannya saat sihat dan kuat, iaitu sesuai dengan kebiasaannya ketika itu.
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sihat.” (Hadis Riwayat Bukhari)
Hadis di atas menceritakan saat Yazid bin Abi Kabsyah puasa ketika safar (saat perjalanan jauh), Abu Burdah lantas mengatakan padanya bahawa dia baru saja mendengar Abu Musa menyebutkan sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam seperti yang disebutkan di atas.
Imam Bukhari membawakan hadits di atas dalam bab:
يُكْتَبُ لِلْمُسَافِرِ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ فِى الإِقَامَةِ
“Dicatat bagi musafir pahala seperti kebiasaan amalnya saat mukim.”
Dari hadis itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan,
وَهُوَ فِي حَقّ مَنْ كَانَ يَعْمَل طَاعَة فَمَنَعَ مِنْهَا وَكَانَتْ نِيَّته لَوْلَا الْمَانِع أَنْ يَدُوم عَلَيْهَا
“Hadis di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal dia sudah mempunyai niat yang kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin.” (Fath Al-Bari, 6: 136)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْعَبْدَ إِذَا كَانَ عَلَى طَرِيقَةٍ حَسَنَةٍ مِنَ الْعِبَادَةِ ثُمَّ مَرِضَ قِيلَ لِلْمَلَكِ الْمُوَكَّلِ بِهِ اكْتُبْ لَهُ مِثْلَ عَمَلِهِ إِذَا كَانَ طَلِيقاً حَتَّى أُطْلِقَهُ أَوْ أَكْفِتَهُ إِلَىَّ
Seorang hamba jika dia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian dia sakit, maka dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, “Tulislah padanya semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya.” (Hadis Riwayat Ahmad)
Amalan yang dicintai oleh Allah adalah amalan yang berterusan, sebagaimana disebutkan dalam hadis,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun jumlahnya sedikit.” (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim).
Inti dari pembahasan ini, pentingnya beramal dengan rutin (istiqamah) kerana saat kita dalam keadaan uzur beramal, tetap dicatat sebagaimana kita melakukannya secara rutin.
Moga Allah mudahkan kita untuk kontinu dalam beramal.




No comments