Tazkirah : Maaf memaafkan

TAZKIRAH : MAAF MEMAAFKAN

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan wasiat pada Jabir bin Sulaim,

 وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ
“Jika ada seseorang yang menghinamu dan memmalukanmu dengan sesuatu yang dia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah dia yang menanggungnya.”
(Hadis Riwayat Abu Daud).

Sukar dan amat berat bagi hati jika ada yang berbuat salah pada kita, lantas tidak dibalas. Pasti kita punya keinginan untuk membalasnya.

Kalau kita dipermalukan, pasti ingin pula memalukannya.
Kalau kita dicela, pasti ingin pula membalas dengan celaan.

Namun lihatlah betapa mulianya yang diajarkan oleh Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika kita dipermalukan dan dihina, maka kita tidak perlu balas dengan menghina dan mencela orang tersebut walau kita tahu kekurangan yang ada pada dirinya dan boleh menjatuhkannya. Biarlah akibat buruk dari mencela dan menjatuhkan itu, akan ditanggung di akhirat.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang hadis di atas, “Hendaklah setiap orang memiliki sifat mudah memaafkan yang lain. Tidak semua isu yang sampai ke telinganya, dia terima mentah-mentah, lantas dia membenci orang yang menyuarakan isu yang tidak menyenangkan tersebut. Hendaklah setiap orang memiliki sifat pemaaf. Kerana Allah sangat menyukai orang yang memiliki sifat mulia tersebut, yang mudah memaafkan yang lain. Lantaran itu, dia akan diberi ganjaran. Kerana jika dibalas dengan saling memalukan dan menjatuhkan, pasti konflik yang terjadi tak akan selesai. Permusuhan akan tetap terus ada. Malah jika dibalas dengan diam, maka redalah perselisihan yang sedang berkecamuk.” (Syarh Riyadhis Sholihin, 4: 297).

Syaikh juga menjelaskan bagaimanakah sifat ibadurrahman,
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. ”
(Surah  Al Furqon: 63).

Syaikh Muhammad membicarakan ayat di atas, “Jika ada orang jahil mengejek, maka balaslah dengan mengucapkan doa kebaikan untuknya seperti mengucapkan ‘jazakallah khoiron‘ (ertinya: semoga Allah membalas kebaikanmu). Lalu berpalinglah darinya. Tidak perlu berbicara dan melakukan hal lainnya.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 297-298).

Adab yang diajarkan dalam Al Qur’an pula adalah membalas setiap tingkah laku buruk dari orang lain dengan kebaikan. Siapa yang dapat melakukan hal ini, sungguh ia benar-benar memiliki sifat sabar. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.
(Surah Fushilat: 34-35)

Jika kita mudah memaafkan yang lain…

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.
(Surah Asy-Syura: 40)

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah untuk mudah memaafkan lainnya.




No comments