TAZKIRAH : ISTIQAMAH


Jika seseorang tidak mampu menghadiri solat jemaah padahal sebelumnya ia mampu hadir secara rutin, ingatlah keadaan seperti ini akan dicatat seperti ia melakukannya saat sihat dan kuat, iaitu sesuai dengan kebiasaannya ketika itu.
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 “Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sihat.”
(Riwayat Bukhari)
Hadis di atas menceritakan saat Yazid bin Abi Kabsyah puasa ketika safar (saat perjalanan jauh), Abu Burdah lantas mengatakan padanya bahawa dia baru saja mendengar Abu Musa menyebutkan sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam seperti yang disebutkan di atas.
Imam Bukhari membawakan hadits di atas dalam bab: “Dicatat bagi musafir pahala seperti kebiasaan amalnya saat mukim.”
Dari hadits itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan,
“Hadis di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal dia sudah mempunyai niat kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutinnya.” (Kitab Fath Al-Bari, 6: 136)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang hamba jika dia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, “Tulislah padanya semisal yang dia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya.” 
(Riwayat Ahmad, 2: 203. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahawa hadits ini sahih, sedangkan sanad hadis ini hasan)
Amalan yang dicintai oleh Allah adalah amalan yang berterusan, sebagaimana disebutkan dalam hadis,
 “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang berterusan walaupun jumlahnya sedikit.” (Riwayat Bukhari) 
Inti dari pembahasan ini, pentingnya beramal secara istiqamah kerana saat kita diuji dengan keuzuran untuk beramal, maka akan tetap dicatat sebagaimana kita melakukannya secara rutin. 
Moga Allah mudahkan kita untuk istiqamah dalam beramal.




TAZKIRAH : MENANGISLAH WAHAI MATA


Mata yang menangis kerana takutkan Allah, mengenang kekurangan dirinya dalam mentaati Allah, mengenang dosa-dosanya terhadap Allah adalah mata yang soleh. Tangisan keinsafan adalah satu kurniaan Allah buat jiwa insaf. Tangisan itu memelihara mata dari api neraka. Nabi s.a.w menyebut:
“Dua jenis mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka; mata yang menangis kerana takutkan Allah, dan mata yang berjaga malam berkawal di jalan Allah” (Riwayat al-Tirmizi).
Maka menangislah wahai mata! Berusahalah menangis untuk mencapai tangisan nikmat itu. Berusahalah menangis untuk mencapai rasa takut kepada Allah atas kekurangan diri terhadap hak-hak Allah yang kita telah cabul ataupun kurangkan. Malu kepada Allah. Rasa bersalah terhadapNYA. Rindukan cintaNYA dan gerunkan kebesaranNYA. Dalam kalangan salafussoleh ada menyebut:
“Menangislah kerana takutkan Allah. Jika engkau tidak menangis, berusahalah menangis” (Zaad al-Ma’ad, 1/185).








TAZKIRAH : DUNIA TEMPAT BERPENAT, AKHIRAT NANTI KITA BEREHAT


Manusia akan tersiksa oleh jangkaan dan harapannya. Allah ciptakan putaran hidup ini seumpama kitaran cuaca dan musim. Ada yang menikmati empat musim seperti Eropah. Ada yang kontang sepanjang masa umpama Sahara. Ada yang dingin memanjang seperti di Antartika. Kita hamba… setelah berusaha sehabis daya, pasrah dan menyerahlah. Carilah R&R dalam kembara hidup ini, di sanalah tempat kita berehat seketika… sebelum berehat selama-lamanya!
Jika ditakdirkan tidak kita temui sesuatu yang dicari di dunia ini, terimalah hakikat ia memang tidak ada. Di akhirat sana tempat ‘ada’ dan sempurna segala. Jika ‘langit’ hendak runtuh, masakan jari yang kecil ini mampu menahannya. Dalam setiap yang kita miliki, pasti ada jemu dan letihnya. Dalam setiap yang kita tidak miliki, pasti ada kesal dan sayunya. Jangan terlalu dalam segalanya. Jangan terlalu cinta, jangan terlalu benci. Jangan terlalu suka, jangan terlalu duka. Sederhana itulah yang selalu menyelamaktkan ‘hati’ kita.
Sekiranya hati masih bertanya, “mengapa dunia ini tidak adil?” Jawabnya, “kerana Allah yang Maha Adil ingin menunjukkan keadilanNya di akhirat.” Ya, keyakinan kepada Hari akhirat sangat penting semasa hidup di dunia. Meletakkan sesuatu itu pada tempatnya, itulah erti keadilan. Hati orang beriman ialah hati yang adil. Dalam hati itu terpahat satu hakikat:  Dunia tempat penat, di akhirat tempat berehat!
Ya, hidup selepas mati adalah tempat rehat daripada kepenatan daripada ujian hidup sebelum mati.
Sumber: Ustaz Pahrol Mohamad Juoi
“Dan janganlah engkau menujukan pandangan kedua matamu dengan keinginan kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka yang kafir itu menikmatinya, yang merupakan keindahan kehidupan dunia ini, untuk Kami menguji mereka padanya; sedang limpah kurnia Tuhanmu di akhirat lebih baik dan lebih kekal.”
(surah Taha:131)




TAZKIRAH : ANCAMAN NERAKA


Inline image 1



 “ Dan orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab: “Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. 
(Surah Al Mulk: 6-11)

Jahannam, Seburuk-buruk Tempat Kembali

Allah Ta’ala berfirman,
وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Dan orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Surah Al Mulk: 6).

Ayat ini adalah ancaman untuk orang yang kufur terhadap Allah baik dari golongan syaitan dan selainnya. Mereka diancam dengan siksaan jahannam. Dan ancaman ini bukan hanya ditujukan untuk syaitan sebagaimana konteks dari ayat kelima surat Al Mulk yang membicarakan tentang syaitan yang mencuri berita langit lalu mereka dilempar. Namun ayat ini mencakupi setiap orang yag kufur dan menentang Allah. Jahannam adalah seburuk-buruk  tempat kembali bagi mereka.

Neraka Begitu Dalam

Mengapa neraka disebut jahannam?

Jahannam bermaksud sesuatu yang dasarnya amat dalam (ba’idatul qo’ri), sebagaimana disebutkan dalam Al Qomus. Begitulah keadaan neraka, ia begitu dalam.

Abu Hurairah mengatakan,
 “Kami dulu pernah bersama Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba terdengar suara sesuatu yang jatuh. Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Tahukah kalian, apakah itu?” Para sahabat pun menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menjelaskan, “Ini adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak 70 tahun yang lalu dan batu tersebut baru sampai di dasar neraka saat ini. (Riwayat Muslim)

Subhanallah .. begitu luar biasa dalamnya neraka.

Dalam ayat selanjutnya, Allah Ta’ala akan menceritakan keadaan seksaan di neraka -semoga Allah melindungi kita darinya.

Sifat Neraka: Neraka Berteriak dan Mendidih

Allah Ta’ala berfirman,
إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ

“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak.” (Surah Al Mulk: 7)

Ayat ini menceritakan keadaan orang kafir ketika mereka dilemparkan ke dalam neraka.

Apa yang dimaksud syahiqo dalam ayat di atas?

Ibnu Jarir Ath Thobari mengatakan bahawa makna syahiq adalah suara yang keluar dari bahagian dalam tubuh dengan sangat kuatnya seperti suara kaldai. Atau ringkasnya syahiq bermakna teriakan.

Maksudnya adalah ketika orang kafir itu dilemparkan ke dalam neraka, neraka pun akan teriak. Lantas bagaimanakah lagi siksaan neraka bagi orang-orang kafir tersebut?!

Apa yang dimaksud dengan tafuur?
Ibnu Jarir Ath Thobari mengatakan bahwa makna tafuur adalah mendidih. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Neraka itu mendidih disebabkan orang kafir yang masuk di dalamnya. Gambaran mendidihnya adalah seperti sebuah biji yang jumlahnya sedikit mendidih dalam air yang jumlahnya banyak.”

Itulah keadaan neraka yang berteriak dengan kencangnya dan mendidih gara-gara orang kafir yang masuk di dalamnya.

Sifat Neraka: Neraka Marah

Allah Ta’ala berfirman,
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ

“Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah.” (Surah Al Mulk: 8)

Ibnu ‘Abbas mengatakan bahawa neraka hampir-hampir saja terpecah lantaran marah.
Yang memiliki perkaataan sama seperti dengan Ibnu ‘Abbas adalah Adh Dhohak dan Ibnu Zaid -rahimahumullah-. Allah marah terhadap orang yang bermaksiat pada-Nya dan murka pada Allah.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di -rahimahullah- berkata, “Neraka hampir-hampir saja terpecah lantaran marah pada orang-orang kafir. Lantas bagaimana tanggapanmu, apa yang akan dilakukan neraka pada orang-orang kafir tersebut ketika mereka berada dalam neraka?!”

Seperti itulah neraka. Ketika orang kafir masuk ke dalamnya saja, ia begitu marah. Lantas bagaimana lagi siksaan yang menimpa mereka?! Semoga Allah melindungi kita dari siksaan yang pedih ini.

Sudahkah Datang Kepada Orang Kafir Pemberi Peringatan?

Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman,

كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ

“Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” (Surah Al Mulk: 8).

Maksudnya, penduduk neraka ditanya apakah di dunia sudah datang pada mereka pemberi peringatan tentang azab neraka yang mereka alami saat ini?

Orang-orang kafir lantas menjawab,

بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ

“Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. ” (Surah Al Mulk: 9)

Lihatlah jawaban orang kafir:

1.       Mereka mendustakan pemberi peringatan yang diutus pada mereka.
2.       Mereka mendustakan secara umum iaitu dengan mengatakan bahawa mereka tidak diturunkan wahyu sedikit pun.
3.       Namun tidak berhenti sampai di situ, mereka pun menyesat-nyesatkan para rasul yang memberi peringatan. Padahal para rasul adalah orang yang memberi petunjuk dan diberi petunjuk oleh Allah.
4.       Tidak cukup hanya menyesatkan para rasul. Mereka pun menyatakan bahawa para rasul telah berada dalam kesesatan yang besar.

Adakah sikap kita seperti penentangan, kesombongan dan kezaliman yang menyerupai kelakuan orang kafir ini?! Na’udzu billahi min dzalik.

Seseorang Akan Disiksa Jika Telah Datang Peringatan Padanya

Faedah lain yang boleh kita faham dari ayat 8 dan 9 Surah Al Mulk ini adalah menunjukkan keadilan Allah Ta’ala. Iaitu seorang hamba tidaklah disiksa melainkan setelah ditegakkan hujah pada dirinya dan telah diutus seorang Rasul padanya. Sebagaimana Allah Ta’alaberfirman dalam ayat lainnya,

“Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Surah Al Isra’: 15)

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab: “Benar (telah datang)”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. ” (Surah Az Zumar: 71)

Penjelasan ini adalah untuk keadaan di akhirat nanti iaitu seseorang tidak akan diseksa sehinggalah datang padanya seorang Rasul atau pemberi peringatan. Namun untuk di dunia, seseorang dihukumi sesuai dengan agama yang dia menyandarkan dirinya padanya. Jika saat ini seseorang menyandarkan dirinya pada agama Yahudi dan Nashrani, maka status orang tersebut kafir. Namun apakah ia mendapatkan hukuman di akhirat? Ini bergantung dari telah sampai pada dirinya peringatan ataukah tidak. Semoga kita memahami hal ini.

Orang Kafir Begitu Menyesal

Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) nescaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (Surah Al Mulk: 10)

Orang kafir ini berandai-andai jika saja mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, iaitu pendengaran dan akal mereka boleh mengambil manfaat terhadap wahyu yang Allah turunkan dan Rasul yang datang di tengah-tengah mereka. Namun mereka tidak memanfaatkan pendengaran dan akal. Hal ini jauh berbeza dengan orang yang mendapatkan petunjuk yang memanfaatkan pendengaran dan akal mereka untuk mengamalkan ilmu.

Akhirnya, Orang Kafir Mengakui Kesalahan Mereka

Allah Ta’ala berfirman,

فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Surah Al Mulk: 11)

Akhirnya, orang-orang kafir itu mengakui dosa-dosa mereka. Sebagaimana hal ini terdapat dalam sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam,

 Seorang tidak akan merasa dirinya binasa hingga ia pun mengakui kesalah-kesalahan yang dirinya lakukan sendiri. (Hadis Sahih Riwayat Ahmad)

Lihat pula hadits dari Abu Hurairah berikut.

 Seseorang yang masuk neraka akan menyesal ketika ia ditampakkan tempat duduknya di surga seandainya surga itu baik baginya. Dan seseorang yang masuk surga akan bertambah syukur ketika ia ditampakkan tempat duduknya di neraka seandainya neraka layak untuknya”(Hadis Sahih Riwayat Ahmad)

Demikian beberapa faedah penting dari surat Al Mulk ayat 6-11. Semoga bermanfaat dan semakin menambah keimanan kita.

Ya Allah, kami meminta kepada-Mu syurga dan berlindung kepada-Mu dari seksa neraka.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

TAZKIRAH : MERENUNGI KASIH SAYANG ALLAH


Di sebuah negeri Arab, ada seseorang yang sudah sangat tua, usianya sudah menginjak 80 tahun. Umumnya orang-orang yang sudah berumur, banyak penyakit yang datang silih berganti, tidak terkecuali atok ini. Si atok mengidap penyakit kanser prostat yang cukup parah.
Pada suatu hari dia sama sekali tidak dapat mengeluarkan air kencingnya. Anak-anaknya pun membawanya ke hospital agar segera diubati oleh doktor. Kehadiran atok ini terus diperiksa oleh doktor dan diusahakan agar masalahnya boleh diatasi. Alhamdulillah, para doktor dapat menyelesaikan masalahnya, dia kembali pulih dan dapat mengeluarkan air kencingnya  dan berkuranglah rasa sakit tersebut. Anak-anaknya menemui doktor yang mengubati ayah mereka, mereka mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas bantuan para doktor ini.
Setelah itu, anak-anaknya ini kembali menemui ayah mereka untuk menghibur dan menenangkan hatinya. Namun ternyata mereka melihat ayah mereka sedang tenggelam dalam deraian air mata. Lalu mereka mengatakan, “Wahai ayah, rasa sakit yang engkau rasakan telah hilang, mengapa ayah menangis?”
Si atok tua ini menenangkan diri dari tangisnya, lalu ia menjawab,
“Doktor itu hanya menolongku dalam sekali kesempatan ini saja, tapi kita benar-benar merasakan kebaikannya, dan kita benar-benar sangat berterima kasih kepadanya. Aku teringat Allah Ta’ala, yang selama 80 tahun ini aku benar-benar dibuai dengan kenikmatan yang Dia berikan kepadaku. Dengan kedermawanan dan kebaikan-kebaikan-Nya, sehinggakan ada juga perkara yang tidak aku minta pun Dia berikan untukku, namun betapa kurang rasa syukurku kepada-Nya.”
—————————————————————————————–
Ibnu Qayyim pernah mengatakan, “Jika Allah menyingkapkan kepada hamba-Nya sebuah tabir, dan menunjukkan kepada mereka bagaimana Allah mengatur urusan mereka, betapa Allah sangat menginginkan kebaikan untuk hamba-hamba-Nya lebih dari hamba tersebut menginginkan kebaikan itu untuk dirinya sendiri, dan Allah lebih menyayangi hamba-hamba-Nya lebih dari kasih sayang ibu-ibu mereka, pasti hati mereka akan cair kerana mencintai Allah dan pasti hati mereka akan meronta-ronta kerana berterima kasih kepada Allah.”
Demikianlah kenikmatan yang Allah berikan kepada kita semenjak kita dalam kandungan ibu kita hingga di usia kita saat ini. Banyak kenikmatan yang Allah berikan, bahkan terkadang kita tidak memintanya, dan kita tidak tahu akan mendapatkannya, namun Allah berikan kepada kita lalu kita bahagia dengan kenikmatan yang tidak disangka-sangka itu.
Ditulis oleh Nurfitri Hadi



TAZKIRAH : ULAMA & PENJENAYAH DIBENTUK DARI RUMAH

TAZKIRAH : ULAMA & PENJENAYAH DIBENTUK DARI RUMAH 

Minggu lalu, ketika menjamah makanan makan malam di sebuah restoran semasa dalam perjalanan ke airport, rakan-rakan yang bersama menghantar saya berbicara berkenaan pelbagai isu. Hj Rosman menzahirkan kebimbangan beliau berkenaan kes jenayah yang wujud di Malaysia. Kes-kes sedemikian agak kurang berlaku di Bahrain.

Natijah dari kebimbangan tersebut, beliau bertanya
"pada pandangan ustaz, macam mana cara untuk selesaikan masalah ini"
Saya berfikir sejenak, sudah tentulah jawapan paling mudah bagi seorang ustaz adalah berkata
"kita kena kembali kepada Islam"
Tetapi disebabkan jawapan itu terlalu umum, maka saya mengambil keputusan untuk tidak memberikan idea itu.
"Ia perlukan penyelesaian secara kolektif, semua pihak perlu ada kesedaran untuk merubah keadaan" demikian jawapan permulaan saya.
"Namun yang paling utama perlu berperanan, adalah ibu bapa atau keluarga"
Saya mengulang kembali ingatan sedih dan pedih kita kepada kes Al-Marhumah Nurin Jazlin yang dibunuh kejam dan masih gagal diselesaikan oleh pihak berkuasa Malaysia sehingga kini.
"Bukankah Nurin dibunuh oleh seorang manusia?, sudah tentunya manusia ini dilahirkan ke dunia oleh seorang ibu dan pastinya dia punyai bapa dan keluarga"
"Namun apakah yang menjadikannya sebegitu kejam?" saya menrang sambil mengajak berfikir.
Memang benar, pelbagai faktor menyumbang, namun bagi saya ia bermula dari hasil didikan pertama ibubapa, sesuai dengan apa yang disabdakan oleh nabi s.a.w
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya? (Riwayat Al-Bukhari & Muslim)
Sudah tentu juga ibubapa yang berperanan untuk mencorakkan seorang bayi sehingga menjadi seorang Muslim, mukmin yang bertaqwa.
Kita tidak nafikan faktor persekitaran yang sentiasa menghurungi anak-anak kita khususnya di sekolah, melalui internet, rakan-rakan, games, TV dan lainnya.
JANGAN DIDIK ANAK SECARA SPONTAN
Namun tidak boleh dinafikan, ibubapa mempunyai saham terbesar. Anak-anak adalah satu tugas terbesar buat ibubapa yang sering diabaikan. Sedangkan mereka semua adalah suatu aset dan ‘pelaburan' terpenting. Namun amat kerap mereka menjadi mangsa kurang teliti, kurang perhatian dan tiada perancangan jitu oleh sang ibubapa.
Akhirnya, sebuah aset yang ditangani secara lebih kurang akan menghasilkan hasil yang bukan lebih kurang juga, tetapi hasil lebih buruk malah membawa padah.
Memang benar, kegagalan merancang pendidikan anak-anak adalah sebuah kegagalan masa depan.
Ramai yang merasakan, pendidikan anak-anak boleh dibuat secara spontan, bergantung kepada hari dan masa. Dalam kata lain, bergantung kepada keadaan.
Hakikatnya, anak tidak boleh dididik secara spontan, ia memerlukan satu pelan perancangan khas untuk menjadikan lebih mudah dibentuk. Mendidik mereka seperti mengendalikan sebuah syarikat awam yang sentiasa memerlukan plan induk, teknik khas, contingency plan dan monitoring system.
Kerana itu kita perlukan seorang Chief Operating Officer (COO) untuk anak-anak. Menurut teori ideal Islam, COO yang paling ideal bagi pendidikan anak-anak adalah seorang IBU. Bapa bertindak sebagai Chief Executive Officer (CEO) yang mana,, ruang lingkup tugasan, peranan dan tanggungjawabnya lebih besar dan menyeluruh.
"Namun apabila hari ini kedua-dua ibubapa sibuk mencari nafkah, aset di rumah terabai dek kerana pendapatan RM 2,000 (purata) atau RM 5,000 sebulan si ibu"
Anak-anak diswastakan kepada nursery yang kurang pengalaman. Kurang penghayatan, kurang sensitiviti dan seumpamanya.
Kita boleh menghantar mereka ke pelbagai jenis kursus dan kem untuk menyuntik sesuatu, namun pokok pangkalnya tetap di atas bahu kita selaku ibubapa. Kalaupun anak telah berubah hasil tarbiyah di dalam kursus, mereka akan tetap melupakan nilai baik tersebut jika ibu bapa masih di takuk lama.
WAHAI IBUBAPA, HORMATI ANAKMU NESCAYA KAMU DIHORMATINYA
"Treat your child with respect" itu saranan Richard Templer, penulis buku parenting yang popular.
Saya amat selesa dengan saranan tersebut, seorang ibubapa yang bijak perlu mengendalikan dan melayan anak-anak mereka dengan penuh penghormatan. Kelak anak-anak akan mencontohi tatacara yang sama.
Biasanya apabila orang dewasa meminta bantuan seorang dewasa yang lain, mereka akan menggunakan bahasa yang sopan. Itu adalah kerana mereka sedar, yang diminta itu tidak mesti untuk membantu, kita perlukan ihsan mereka untuk membantu. Atas sebab itu, kata-kata sopan digunakan, demi memujuk dan mearih ihsan.
Bukankah elok jika cara yang sama untuk anak-anak kita, cuba kita jangan merasakan si anak sentiasa WAJIB untuk mematuhi arahan kita. Kelak nanti si anak apabila meminta kepada ibubapanya atau orang lain, dirasakan mereka semua wajib menurut arahannya.
Si anak juga kerap meminta ibubapanya, mainan itu dan ini. Namun sedikit yang diperolehi.
Maka si anak akan menghadapi kekeliruan.
"ibubapa minta, semua aku kena buat, aku minta, ibubapa tak buat semua pulak"
Lebih teruk dari itu, arahan dari ibubapa kerap dihamburkan dengan kata-kata perintah tanpa hormat dan pujukan serta ihsan. Contohnya:
"makan tu"
"Habiskan ini!"
"Pergi mandi!"
"Cepat masuk kereta!"
"Gosok gigi!"
"Kenapa sepah sangat ni, cepat bersihkan!"
"Heiii, kenapa buat macam tu!"
Itulah yang kerap dilaungkan oleh ibubapa, memekik melolong setiap pagi dan petang serta malam.
Setiap hari anak akan mendengar lolongan kuat menerjah telinga dan hatinya. Kalimah-kaalimah arahan dan larangan sebegitu sudah terlalu biasa, lali hingga ia menjadi masak dan sebati dek pemikiran dan hatinya.
Pada masa yang sama, kita akan dengar kedapatan ibubapa yang mengeluh kerana anaknya kurang beradab ketika remaja dan dewasa. Sedarkah bahawa si anak sebenarnya telah ‘berjaya'. Ya berjaya dalam mencontohi model yang diterapkan oleh ibubapanya sendiri. Namun kini ibubapa merasa sedih dan tidak selesa. Sedarkah ibubapa bahawa si anak yang dibesarkan sedemikian rupa menyangka itulah cara arahan dan permintaan yang terbaik. Bukankah itu yang ditunjukkan oleh ibubapa mereka?.
Justeru, lebih kasar sang ibubapa terhadap anaknya, akan kasar jualah anak terhadap ibubapanya dan orang lain, khususnya di ketika remaja dan dewasa.  Malah lebih mendukacitakan, itulah cara yang akan dibawa ke sekolah, mempengaruhi kawan-kawan dan akhirnya menjadi penjenayah yang merasakan tindakannya ‘ok' atau tidak bersalah. Puncanya dari cara didikan dan layanan ibubapa yang kasar.
Patut kita sedari di awal bulan hijrah 1431 ini, bahwa anak layak mendapat sebuah penghormatan, semudah-mudah penghormatan adalah dengan memilih ayat dan kata-kata yang manis didengari, intonasi yang sedap didengar. Cuba tambah sikit sahaja sebagai contoh
"boleh tolong ibu ambilkan barang itu"
"Adik baikkan, tolong ummi kemaskan meja ini boleh?"
Dan pelbagai lagi bentuk ayat yang serupa dengannya.
Di samping itu, jangan sesekali memungkiri janji,, membohongi anak dan lain-lain kelakuan negaitf. Selain anak akan mengambil contoh, mereka juga akan merasa kurang penting berbanding yang lain.
TUNJUKKAN PERHARGAAN TERHADAPNYA
Juga menjadi kebiasaan ibubapa hari ini. Bangun sahaja anak dari tidur dan terus dia menghala ke dapur.
Ibu yang terlihat anak, ayat pertamanya :
"hah apa lagi tu, dah gosok gigi, pergi basuh muka dan gosok gigi!"
"Lepas tu pergi buat itu ini bla la bla"
"Mak boleh tolong angah buat kerja ini tak" pinta si anak lembut
"Ehhh nanti-nanti!, mak tengah sibuk goreng ayam ini" mungkin itu jawapan si ibu.
Terasa dalam hati si anak, dirinya ibarat tidak berharga, kemunculannya hanya bersedia untuk diarah dan ditengking.
Permintaan tidak banyak erti buat si ibu, ‘gorengan ayam lebih utama dari perminataannya.
Malah ketika pulang dari sekolah juga, ibubapa tidak menyambut tetapi dibiarkan anak begitu sahaja.
Tahap si anak ibarat sebuah perabot buruk dan pekakas rumah sahaja. Wujudnya tidak disedari, hilangnya tidak diendah.
Pastinya, anak akan menyimpan itu sebagai standard kehidupan. Nanti kelak itu jugalah yang diperlakukan di masa hadapan.
Kalau ada perhatian dari ibubapa, mungkin hanya perintah demi perintah, larangan demi larangan sahaja.
Justeru, sudah sampai masa kita mengubahnya, kita berhijrah.
Sedarilah bahawa, tatkala kita sedang melakukan tugasan harian di rumah, mengemas baju, memasak dan sebagainya, tatkala anak muncul, anak punyai priority yang lebih tinggi. Jangan dijadikan alasan, tengah buat kerja, basuh baju, gosok baju, jahit baju dan lainnya, kerana tatkala anak muncul, itulah kerja yang paling besar keutamaannya untuk dipenuhi.
Tunjukkan rasa seronok dan gembira kita selaku ibubapa ketika melihatnya, sewaktu pulang dari sekolah (atau sewaktu kita pulang dari kerja), melihatnya di awal pagi dan berpisah dengannya ketika waktu malam untuk tidur. Ia boleh dilakukan dengan ucapan-ucapan yang baik, atau sedikit pelukan dan sentuhan tanda mereka penting buat kita.
KESIMPULAN
Semoga dengan sedikit peringatan untuk diri ini, kita semua mampu berubah menjadi ibubapa yang berperancangan dan memperbaiki pendidikan anak-anak.
Kerana anak-anak itulah kelak bakal menjadi sama ada Imam besar, Pemimpin Negara, Ulama Besar, atau sebaliknya menjadi perompak terulung, penjenayah bersiri dan pengkorup unggul. Nauzubillah.
Perbaikilah masyarakat kita melalui kesedaran peranan ibubapa. Jenayah hakikatnya bermula dari rumah dan perlu ditangani bermula di rumah juga.
Sekian

Sumber:  Ust. Dr.Zaharuddin Abd Rahman / 4 Muharram 1431H / 21 Disember 2009