Sahabat selamanya

TAZKIRAH : SAHABAT SELAMANYA

Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita memiliki teman, rakan atau sahabat yang baik. Apa manfaatnya?

Allah Ta’ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.”  (QS. Al-Kahfi: 28)

Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
Seseorang yang duduk (berkawan) dengan orang soleh dan orang yang buruk akhlaknya umpama bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan tukang besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau boleh membeli (minyak wangi) darinya atau sekurang-kurangnya engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan tukang besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, sekurang-kurangnya engkau mendapat baunya yang tidak begitu baik.”
(Hadis Riwayat. Bukhari)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang akan mencontohi kebiasaan sahabat karibnya. Oleh kerana itu, perhatikanlah siapa yang akan menjadi sahabt karib kalian.”
(Hadis Riwayat Abu Daud)

Imam Al-Ghazali rahimahullah pernah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang kedekut, akan mengakibatkan kita juga terjangkit sikap tangkai jeringnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Kerana memang asalnya seseorang akan mencontohi sahabat yang dekat dengannya.” (Kitab Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 94)

Teman yang soleh dapat mempengaruhi kita untuk menguatkan iman dan terus istiqamah kerana kita akan terpengaruh dengan kelakuan baiknya hingga semangat untuk beramal. Sebagaimana kata pepatah Arab,

الصَّاحِبُ سَاحِبٌ
“Sahabat itu ialah yang boleh menarik (mempengaruhi).”

Ahli hikmah juga menuturkan,
يُظَنُّ بِالمرْءِ مَا يُظَنُّ بِقَرِيْنِهِ
“Seseorang itu dapat dinilai dari orang yang menjadi sahabat dekatnya.”

Para ulama pun selalu menasihati agar kita selalu dekat dengan orang soleh.

Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata,

نَظْرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجْلُو القَلْبَ
Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.
(Kitab Siyar A’lam An- Nubala’, 8: 435)

Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang soleh, hati seseorang dapat kembali segar. Oleh sebab itu, jika orang-orang soleh dahulu apabila mereka kurang semangat dan tidak segar dalam ibadah, mereka pun akan menziarahi orang-orang soleh yang lainnya.


Manfaat Berteman dengan Orang Soleh

1- Dia akan mengingatkan kita untuk beramal, juga saat terjatuh dalam kesalahan.
Yang menjadi dalil teman soleh akan selalu mendokong kita dalam kebaikan dan mengingatkan kita dari kesalahan, lihat kisah persaudaraan Salman dan Abu Darda’ berikut.

Dari Abu Juhaifah Wahb bin ‘Abdullah berkata, “Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda’. Tatkala Salman bertandang (ziarah) ke rumah Abu Darda’, dia melihat Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) dalam keadaan mengenakan pakaian yang serba kusut. Salman pun bertanya padanya, “Mengapa keadaan kamu seperti itu?” Wanita itu menjawab, “Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak mempunyai hajat lagi pada keduniaan.”

Kemudian Abu Darda’ datang dan ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abu Darda’ berkata kepada Salman, “Makanlah, kerana saya sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Saya tidak akan makan sebelum engkau pun makan.” Maka Abu Darda’ pun makan. Pada malam harinya, Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan solat malam. Salman pun berkata padanya, “Tidurlah.” Abu Darda’ pun tidur kembali.

Ketika Abu Darda’ bangun hendak mengerjakan solat malam, Salman berkata padanya lagi, “Tidurlah!” Hingga pada akhir malam, Salman berkata, “Bangunlah.” Lalu mereka solat bersama-sama. Setelah itu, Salman berkata kepadanya,

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ
Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.“

Kemudian Abu Darda’ mendatangi Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi. Beliau lantas bersabda, “Salman itu benar.” (Hadis Riwayat. Bukhari)

2- Dia akan mendoakan kita dalam kebaikan.
Dari Shafwan bin ‘Abdillah bin Shafwan –isterinya adalah Ad Darda’ binti Abid Darda’-, beliau mengatakan,

“Aku tiba di negeri Syam. Kemudian saya bertemu dengan Ummu Ad-Darda’ (ibu mertua Shafwan) di rumah. Namun, saya tidak bertemu dengan Abu Ad-Darda’ (bapak mertua Shafwan). Ummu Ad-Darda’ berkata, “Apakah engkau ingin menunaikan haji tahun ini?” Aku (Shafwan) berkata, “Iya.”

Ummu Darda’ pun mengatakan, “Kalau begitu doakanlah kebaikan pada kami kerana Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,”

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan sama seperti dengan saudaramu tadi.”

Shafwan pun mengatakan, “Aku pun bertemu Abu Darda’ di pasar, lalu Abu Darda’ mengatakan sebagaimana isterinya tadi. Abu Darda’ mengatakan bahwa dia menukilnya dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam.
(Hadis Riwayat Muslim)

Saat kita tasyahud, kita seringkali membaca bacaan berikut,

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
Assalaamu ‘alainaa wa ‘ala ‘ibadillahish shalihiin (ertinya: salam untuk kami dan juga untuk hamba Allah yang soleh).”

Disebutkan dalam lanjutan hadits,

فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمُوهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِى السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
Jika kalian mengucapkan seperti itu, maka doa tadi akan tertuju pada setiap hamba Allah yang soleh di langit dan di bumi.”
(Hadis Riwayat Bukhari)

Solihin adalah bentuk plural dari soleh. Ibnu Hajar berkata, “Soleh itu bermaksud,

الْقَائِم بِمَا يَجِب عَلَيْهِ مِنْ حُقُوق اللَّه وَحُقُوق عِبَاده وَتَتَفَاوَت دَرَجَاته
“Orang yang menjalankan kewajipan terhadap Allah dan kewajipan terhadap sesama hamba Allah. Kedudukan soleh pun bertingkat-tingkat.”
(Kitab Fath Al-Bari, 2: 314).

3- Sahabat dekat yang baik akan dibangkitkan bersama kita pada hari kiamat.
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

قِيلَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ « الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ »

“Ada yang berkata pada Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada seseorang yang mencintai suatu kaum, namun ia tak pernah berjumpa dengan mereka.’ Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, ‘Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.’”
(Hadis Riwayat Bukhari)


Semoga Allah memberikan kita sahabat yang baik dan soleh di dunia dan akhirat.

No comments